Adakah seorang murabbi ‘zalim’ kepada mutarabbi? Saya rasa ada. Paling tidak melakukan kelalaian, atau tidak memenuhi hak mutarabbinya. Tarbiyah jamaah yang tidak jalan, dengan menggantungnya keberjalanan tarbiyah. Idealnya, minimal setiap minggu bagi mutarabbi haruslah ada tarbiyah (liqoat). Dan rata-rata dari diskusi saya dengan rekan-rekan liqo, absen atau tidak liqo 2 pekan (dengan jadwal liqo 1 kali per pecan), akan terasa pengurangan ruhiyah. Meski tak menutup kemunhgkinan bisa engan tarbiyah dzatiah (tarbiyah diri).
Apalagi jika lebih dari 3 kali seseorang absen dalam liqo, maka ketika akan memulai ikut lagi liqo, akan teasa besar perlu energy. Malas, segan dan malu bercampur. Kecuali kader tingkat tinggi.
Tulisan ini ana dedikasikan untuk para murabbi yang kesulitan mengaktifkan kelompoknya (terutama ana). Ayo, hati…marilah miliki rasa takut dengan amanah. Ada kewajiban yang harus ditunaikan. Ada hak seseorang yang harus kau penuhi. Jadwalmu pun tak sesibuk Hasan Al Banna atau Rahmat Abdullah, Allahu yarham… yang meski sesibuk beliau menjalani aktivitas, masih memperhatikan liqo.
Jangan digantung. Engkau tetap bertanggungjawab dengan ruhiyah mutarabbi mu. Ayo berhitung berapa lama sudah tidak jalan liqo mu. Sudah berpa minggu atau bulan? Masya Allah… Harus ada kejelasan, apakah memang tak bisa dipertemukan jadwalmu dengan jadwal mereka? Dan kalaupun tetap tak bisa jadwal didapat, PINDAHKAN LIQO MEREKA. Daripada terkatung-katung menunggu bertemunya jadwalmu dengan mereka dan ternyata tak ketemu-ketemu. Takutlah dengan gagalnya engkau mentarbiyah mutarabbi mu karena kurang seriusmu dan tak optimalmu amanah dengan tanggungjawab ini. Wisma iqra, 21 januari 2010 6:37 am






Assalamu’alaikum wr.wb.
Padang kini sepi. Pasar baru, kampus, tempat beli sambal…Alhamdulillah…selalu begitu. Sejak dulu. Kini juga masih ada selalu. Ujian berakhir…trus pulang kampung. Yah..pulang kampung adalah hal; yang ditunggu-tunggu oleh semua orang (terutama mahasiswa-perantau). Pulang kampung adalah hal yang dinanti-nantkan. Ia adalah moment re-charge diri. Moment perbaikan diri dan perbaikan gizi.
Saking dinanti-nantikan, persiapan bekal Pulang kampung sudah dilakukan jauh-jauh hari. Malahan, ada yang…ketika ujian menjelang, yang ada malah pulang kampung membayang. Semakin dekat ujian, semakin dekat pulang kampung. Tak mau ada yang ketinggalan bekal dan oleh-oleh untuk pulang kampung. Bahkan seandainya harus menahan untuk pengeluaran dan konsumsi, sisihkan untuk baiaya pulang kampung. Malah..saking teliti dan khawatirnya dengan kelengkapan perbekalan, oleh-oleh atau perbekalan pulang kampung didaftar (dilist); agar jangan sampai ada yang ketinggalan. Luar biasa.
Di loket-loket travel atau bus, penuh sesak. Mobil travel dadakan banyak. Musim pulang kampung. Antusiasme si kampungan (yang suka pulang kampung) luar biasa. Wajah-wajah cerah meski hasil ujian payah..terserah). Terserah…yang penting pulang kampung Berbahagialah yang bisa pulang kampung.dan bersabarlah bagi yang belum bisa pulang kampong. Karena ada yang belum bisa pulang kampung, selain faktor jauhnya perjalanan juga biaya yang tak mencukupi. Sabarlah hai diri..
Kita menyadari..dalam kehidupan ini, terdiri dari 2 dimensi kehidupan; dimensi kehidupan dunia dan dimensi kehidupan akhirat. Pun begitu dengan Pulang kampung. Saat ini kita pulang kampung di kampung dunia, maka kita juga yakin bahwa suatu saat, kita akan Pulang kampung akhirat.
Ada perbedaan dan persamaan antara Pulang kampuong dunia dan Pulang kampung akhirat. Semoga dengan ini kita akan lebih menghargai dan bisa mengevaluasi diri.
Yang membedakan antara pulang kampung dunia dengan Pulang kampung akhirat diantaranya adalah:
1. Waktu
Pulang kampung dunia terjadwal (kapan kita Pulang kampuong kita yang ngatur jadwalnya). Kita bisa memutuskan jadi atau tidak pulang kampung, meski dirasa persapan kita sudah maksimal, tapi jika kita hilang selera untuk Pulang kampung, maka pembatalan bisa kita lakukan. Sedangkan Pulang kampung akhirat terjadwal, tapi bukan kita yag menjadwal. Ketika jadwal sudah tiba, maka mau tidak mau kita harus pulang kampoug, tidak bisa ditunda-tunda, meski perbekalan kita kurang, oleh-oleh untuk Pulang kampung belum ada.
2. Pulang kampung dunia bisa pasti juga bisa tidak, keputusan ada di tangan kita. Kita bisa mengatur dan memutuskan apakah kita akan pulang kampung atau tidak. Halangan-halangan bisa menjadi faktor pembatalan Pulang kampung kita. Bencana alam bisa menjadi penghalang, kehabisan tiket juga akan bisa menunda au menggagalkan Pulang kampung kita. Tetapi Pulang kampong akhirat, jika sudah tiba jadwal untuk Pulang kampung, pasti jadi. Tak bisa ditawar-tawar, tak bisa ditunda. Tak ada yang bisa menghalangi Pulang kampung kita. Bencana alam tak jadi soal, tiket selalu tersedia untuk kita. Tak akan slip dalam penjatahan tiket Pulang kampung. Sudah ada atau belum bekal dan oleh-oleh tak akan menunda Pulang kampung kita. Tak peduli.
3. Pulang kampung dunia Kita tahu dan bisa memilih rute perjalanan. Kita bisa memilih travel dengan perjalanan kita, dan meminta sopir yang kita mau. Sedangkan Pulang kampung akhirat, kita tak pernah bisa mendeskripsikan secara tepat plus jaminan bagaimana dan kemana saja rute perjalanan kita. Kita sedikit pun tak bisa meminta atau menyuruh sopir ke arah mana rute yang kita mau.
4. Pulang kampung dunia, kita bisa untuk kembali merantau (pergi) ke tempat kerja kita. Sedangkan Pulang kampung akhirat, kita tidak akan bisa kembali ke tempat kerja lagi, kecuai dengan izin Allah.

Namun, ada persamaan antara Pulang kampung dunia dengan Pulang kampung akhirat: tentang setting kondisi pulang kampung kita. Meski kita tak bisa secara pasti menjamin kondisi kepulangan kita, tapi setidaknya dengan persiapan dan apa yang kita siapkan untuk kepulangan kita, akan memberikan gambaran bagaimana kepulangan kita. Kalau kita menginginkan kepulangan kita lancar, maka siapkan bekal-bekal memadai yang akan menjamin dan member kenyamanan dalam perjalanan pulang kita dan penyambutan saat kita tiba di kampong. Kalau ingin nyaman dalam perjalanan dengan travel full AC, berjuanglah untuk mengumpulkan dana yang cukup untuk dapat membeli tiket travel full AC. Daftar segala perbekalan dan oleh-oleh kita. Pastikan tak ada oleh-oleh dan bekal yang tertinggal.
Begitu juga dengan Pulang kampung akhirat kita. Agar kita nyaman dalam kepulangan kita, mari kita berjuang, bekerja keras unuk mengumpulkan biaya untuk beli tiket yang akan memberi kenyamanan dalam perjalanan kita (sakaratul maut). Bawa oleh-oleh sebanyak mungkin. Lebihkan, meski kita tak tahu akan berlebih atau tidak oleh-oleh kita. Karena kita tidak tahu seberapa jauh dan panjang perjalanan kita. Kita tak bisa memastikan oleh-oleh dan bekal kita cukup atau tidak dalam perjalanan Pulang kampung kita. Dan jika nanti ternyata bekal kita habis atau ketika sampai di kampung oleh-oleh atau bekal kita habis, maka kita bisa untuk kembali mengambil oleh-oleh atau mengumpulkan bekal lagi.
Maka marilah kita kumpulkan sebanyak-banyaknya oleh-oleh dan perbekalan kita, agar perjalanan kita sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Ibnu Qayyim, mengambil pesan dari Al Qur’an yang membagi manusia ke dalam tiga golongan dalam persiapannya mengumpulkan dan menyiapkan bekal.
1. Kelompok Zaalimun lii nafsihi.. yaitu orang-orang yang zalim atau aniaya terhadap dirinya sendiri. Melakukan perjalanan tanpa bekal, ongkos dan pulang kampung tanpa oleh-oleh. Insya Allah bisa dipastikan bagaimana seandainya kita pulang tanpa ada bekal dan oleh-oleh.
2. Kelompok muqtashid yatu orang yang lalai dalam mempersuipkan bekal. Memang, mereka menyiapkan bekal, namun bekal yang seadanya, tidak mencukupi untuk sebuah perjalanan yang panjang.
3. Kelompok Saabiqun bil khairat. Orang-orang yang terobsesi dengan akhirat, menginginkan sangat pulang kampung, rindu dengan kampung. Karena itu mereka benar-benar mengumpulkan perbekalan untuk pulang kampung. Menjadikan tempat kerja sebagai ladang memperbanyak bekal dan menyiapkan oleh-oleh. Mereka merindu kampung tempat asalnya, dan mereka yakin bahwa mereka pasti akan pulang kampung.

Semoga kita adalah termsuk dalam golongan yang terakhir. Mari kita lihat dan evaluasi apa yang sudah kita kumpulkan untuk kepulangan kita. Semoga kita memiliki kekhawatiran tentang minimnya perbekalan kita dan membayangnya perjalanan yang jauh. Takut seandainya akan nada apa-apa di perjalaan kita, dan kemudian mendorong kita untuk mengumpulkan sebanyak mungkin perbekalan untuk kepulangan kita. Semoga setiap langkah kita adalah amal-amal terbaik…kita mohonkan kepada Allah..agar menjadi pahala bagi kita yang akan menambah sedikitnya bekal kita untuk perjalanan yang tidak bisa kita pastikan kondisinya.
Wallahu ‘alam bi showab.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
#1

Ibadah, dakwah dan menebar kebaikan. Hampir sama. Dan ibadah, dakwah dan menebar kebaikan dilakukan sebisanya kita mampu, seampunya kita mampu, dengan jalan kita masing-masing. Keefektifan dan perhatian tentang hasil adalah relatif. Tergantung menurut pandangan kita masing-masing. Tak ada parsialisasi dakwah, yang ada spesialisasi.
Berangkat dari hadist rasulullah SAW: ‘Barangsiapa menunjuki suatu jalan kebaikan kepada seseorang, dan seseorang tersebut melakukan jalan kebaikan itu, maka penunjuk kebaikan akan mendapat pahala dari kebaikan yang disebar tanpa mengurangi pahala yang diberi jalan itu’
Umur boleh habis, ingatan boleh hilang.

Maka ilmu yang ada pada kita perlu file yang tahan lama yang dapat dipanggil sewaktu-waktu. Yang dapat semua orang mengaksesnya sewaktu-waktu, kapan dia ingin.
Berdakwah melalui tulisan (dakwah bil qalam) akan terasa lebih sedikit tahan lama. Jika saja ilmu kita kita abadikan pada kertas, maka sepanjang kertas ini tidak rusak, selama itu pula ilmu kiota tetap terjaga. Dan sewaktu-waktu kita lupa (dengan hafalan kita) maka kapanpun kita dapat saja kembali memunculkan hafalan kita.
Jika satu saja lebaikan yang kita dakwahkan ke satu orang, maka kita akan mendapat satu pahala dari mad’u kita. Lha kalau tulisan yang mengandung kebaikan itu kita buat, kita cetak sebanyak 10 buah, dibaca 10 orang dan kemudian dilakukan, sudah….100 pahala kebaikan yang kita dapat (diluar jenis kebaikan apa yang kita dakwahkan). Tapi sekiranya tulisan kita dicetak 100 buah dalam satu tahun dan pembaca tulisan kebaikan kita 100 orang dalam setahun, …silahkan berhitung. Dan kalau saja sekiranya pembaca genersasi pertama ini mengabarkan atau menebarkan ke generasi selanjutnya hingga tahun-tahun berikutnya sepeti itu, mmm…berapa pahala yang akan mengalir ke kas kita, dan kita hanya menunggu pahala yang mengalir ke kas kita. Ilmu adalah harta yang berlipat ganda apabila disebarkan.

Oleh tarbiyah, kami diajari bagamana harus memahami karakter setiap orang. Dalam tarbiyah yang kami temui adalah sekumpulan manusia, bukan malaikat. Manusia yang sempurna dengan ketidaksempurnaannya. Isi kelompok tarbiyah adalah orang-orang yang ingin memperbaiki dirinya. Mutarabbi (kami) adalah manusia, guru (MR) kami pun manusia. Langkah kami adalah langkah manusia. Alasan kami ikut tarbiyah adalah menyadari betapa kami banyak memiliki kekurangan. Makanya kami ikut tarbiyah.
Dalam tarbiyah kami, masing-masing kami membawa kesempurnaan kami sebagai manusia berupa ketidaksempurnaan dalam akhlaq, fikriyah dan sikap. Maka kami tak ada yang salning membanggakan diri kami.

Setiap kami menyadari bahwa kesempurnaan pada kami sebagai manusia. Permasalahan pribadi, kesulitan setiap kami senantiassa menambah ragamnya warna kami. Maka kami indah karena banyak warna, tak hanya satu warna. Kami menghargai perbedaan. Juga cacat yang tercatat. Atau yang kasat. Sehingga ketika ada saudara kami dalam tarbiyah yang terangkat cacatnya maka akan kami kembalikan lagi kepada diri kami bahwa kami juga punya cacat dan boleh jadi kamilah yang nantinya akan tercatat cacatnya. Sehingga kami harus mencatat sekarang lekat-lekat bahwa cacat adalah lumrah dan semakin menunjukkan sempurnanya kami sebagai manusia dengan ketidaksempurnaan kami.



Kebersamaan kita dengan orang lain, memenuhi jenak-jenak waktu kita. Kebersamaan dalam berbagai kesempatan. Bagi mereka yang berorganisasi adalah ebersamaan dalam menyusun program, mengangkat acara, bersama dalam perjuagan. Bagi mereka dalam sturktural instansi, kebersamaan dalam hubungan atasan-bawahan. Juga kadang dalam interaksi dalam structural pekerjaan tadi, kita temui saudara, tetangga, atauun keluarga dalam hubungan structural pekerjaan: adayang anaknya menjadi bawahan ayahnya, ada menantu yang menjadi atasan mertua, dan sebagainya. Ada yang dalam berinteraksi (muamalah) sebelumnya sudah kenal lama, ada juga yang baru kenal. Meski ada pula, mereka yang berada dalam satu tim pekerjaan ternyata tidak begitu banyak bersentuhan. Begitu juga mereka bahkan yang dalam satu tim atau badan organisasi; tak terlalu intens persentuhannya.


Dalam kebersamaan dan keseringan interaksi, ada teladan yang perlu kita pertimbangkan. Adanya kebaikan-kebaikan kita kepada oranglain, tak mesti kita tampakkan. Ketersembunyian terkadang tetap diperlukan. Ketersendirian dalam amal shalih tidak boleh diabaikan. Kemampuan kita untuk mengikhlaskan diri. Karena kebersamaan dan kedekatan yang terus menerus bisa saja menghamparkan jebakan lain yang bisa menodai kebersamaan itu. Seperti kata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa rkumpulnya orang-orang beriman tetap menyimpan marabahaya yang harus diwaspadai.

Pertama, tatkala dalam perkumpulan itu, satu sama lain saling menghiasi dan membenarkan. Kedua, ketika dalam perkumpulan itu, pembicaraan dan pergalan antar mereka meleboihi kebutuhan. Ketiga, pertemuan mereka menjadi keinginan syahwat dan kebiasaan yang justru menghalangi mereka dari tujuan yang diinginkan. (Al Fawa-id,60).

Seperti itualh, kedekatan dan kebersaaan berlebihan bisa saja menggiring kami dalam sikap saling membaik-baikkan dan tidak jujur dalam mengakui kekurangan.

Kesalahan adalah kesempurnaan.

Kita bukanlah jama’ah para malaikat yang tak pernah salah, juga bukan kumpulan syetan yang selalu salah. Setiap kita pernah melakukan kesalahan. Jalan hidup yang berliku kadang membuat kita sedikit berbelok. Maka tobat adalah kembalinya seseorang untuk memperbaiki diri dari kekhilafan (kekeliruan). Mereka yang tahu dirinya bersalah dan bernoda kemudian melakukan tobat dan perbaiki diri adalah lebih mulia dari mereka yang (pernah) salah tapi tidak tahu bahwa salah dan kemudian tetap menganggap dirinya tak pernah bernoda. Sungguh disayangkan ketika ada sesorang yang menganggap dirinya baik dan tidak pernah salah; kemudian merasa mulia dari yang lain. Sungguh kasihan kepada mereka yang pernah jatuh salah kemudian merasa dirinya hina dan kemudian takpernah bangkit untuk melakukan perbaikan.

Kita harus sadar bahwa kita banyak kekeliruan dan bahwa kita memerlukan bantuan orang lain untuk memperbaiki diri. Apalagi jika kita secara realitas terus menerus berinteraksi dan berbenturan dengan arus yang menghantam dan mengarahkan ke arah yang bisa saja menyeberangkan dari arah jalan kita. Maka adalah keliru jika ada anggapan bahwa setiap orang harus ideal di mata kita. Seorang pemimpin harus selalu enjadi contoh bagi bawahannya; padahal seorang pemimpin adalah manusia yang bisa saja salah. Seorang ustadz tidaklah dihakimi sebagai malaikat yang tak pernah berbuat khilaf; ustadz juga manusia. Salah besar jika seorang da’i atau aktivis kampus tidak boleh melakukan kekeliruan. Ketidaksempurnaan manusia justru adalah kesempurnaannya.

Menumbuhkan Kesadaran Tentang Kekhilafan.

Pertama, kita pasti dapat menemukan kesalahan atau aib orang lain jika kita mencari-carinya. Ibarat seekor lalat yang selalu mencari tempat dan sisi kotor dari manusia, meski yang bersangkutan sudah berusaha membersihkannya.

Kedua, menyadari bahwa kesalahan-kesalahan orang lain adalah karena mereka bergerak dan dan melakukan banyak aktivitas . karena itu sangat ungkin mereka melakukan kesalahan. Maka pandanglah kekelirua itu bukanlah suatu kesalahan, selama tidak disertai fanatic dan terus menerus melakukan kesalahan sesudah ditunjukkannya jalan perbaikan. Kesalahan adalah justru ketika mundurnya seseorang dari kegiatannya untuk ‘mencari aman’ dari kemungkinan terjadinya kekhilafan. Dan tentu saja, kekeliruan harus disikapi dengan sikap yang benar. Dalam artian, kesalahan oranglain harus kita luruskan dengan adab dan cara-cara yang benar. Dengan tujuan yang baik, metode yang baik, objektivitas dan kelapangan dada sesama kita (yang memperbaiki maupun yang diperbaiki).

[Disadur dengan pengubahan seperlunya dari Beginilah jalan Dakwah Mengajarkan Kami M. Lili Nur Aulia]


oleh Handoko Luo
M1 Osaka Univ.


Secara umum, seorang guru ideal menurut saya adalah seorang yang dijadikan panutan oleh si murid.. seseorang bisa saja membeli buku atau pendidikan formal tetapi tidak rasa hormat, maka dari itu seseorang guru harus bisa menimbulkan kerelaan para muridnya untuk menghargainya / menghormatinya.. itu secara figur..

Secara keilmuan, seorang guru fisika yang ideal menurut saya tidak memerlukan berbagai macam faktor2 eksternal seperti pengawasan, gaji, dan fasilitas.. saya rasa yang paling terpenting yg harus dimiliki oleh para pengajar adalah memiliki jiwa atas bidangnya (kecintaan akan bidangnya, memiliki motivasi mengajar yang tinggi, memiliki visi yang unik, atau secara umum memiliki jiwa yang hidup). Bukan sekedar ilmu yang tinggi atau gelar yang berjejer yg terpenting, karena ilmu tinggi atau banyaknya gelar sama sekali tidak menjamin apakah kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana dengan baik apa tidak
Apabila seorang guru memiliki jiwa yang hidup terhadap bidangnya (fisika), maka sang guru akan bisa mencerita dengan begitu indahnya tentang bidangnya (fisika). Ditangannya, bidangnya bukanlah sesuatu yang mati dan membosankan, tetapi merupakan sesuatu yang hidup dan menarik perhatian. Seseorang yg memiliki jiwa yg hidup terhadap bidangnya (fisika) biasanya juga disertai pengetahuan yg dalam dan sudut pandang yg luas akan masalah yg akan dijelaskannya (fisika). Sang guru biasanya juga memiliki filosofi yang tinggi, memahami posisinya dan memiliki kehormatan akan apa yang dia lakukan, sebagai pengajar yg bisa jadi merubah jalan hidup para siswanya.. Dengan jiwa yang hidup dan semangat yg tinggi, sang guru biasanya akan terdorong mengabdikan dirinya, mengeluarkan segenap usahanya yang terbaik untuk menjadi partner belajar yang terbaik bagi siswanya.. segenap usaha ini terkadang bisa menggugah hati manusia, dan mengubah sudut pandang banyak manusia terhadap apa yang sang guru lakukan.. sang guru tidak akan segan2 berpikir bagaimana cara terbaik menyampaikan topiknya, bagaimana cara terbaik membuat suasana pengajaran menjadi hidup, bagaimana cara menangkap kebingungan yang terjadi selama pengajaran, bagaimana cara membuka wawasan para muridnya akan dunia yang begitu indah dan luas ini.. ! Terkadang kita tidak tahu seberapa indah dan besarnya alam sekitar kita sampai mata dan sudut pandang kita terbuka akan hal tersebut.. adalah peran sang guru untuk menyampaikan dunia indah yang dapat dilihatnya sehingga orang lain juga dapat turut serta merasakannya.. (yang tentunya bukan rumus2 fisika tanpa arti dalam benak para murid..)

Janganlah menyalahkan murid yang tidak kooperatif atau tidak mau bekerja sama dengan proses belajar mengajar ini karena tidak semua murid akan tergerak, dan tidak semua murid menyukai fisika. Hubungan kedua pihak merupakan hubungan yang memerlukan kerja sama guru dan murid. Kita tidak bisa memaksa murid untuk berubah sesuai dengan keinginan kita, sebab setiap manusia adalah unik dan berbeda, tetapi kita bisa merubah diri kita sendiri dan mengeluarkan yang terbaik dari diri kita sendiri. Ibaratnya, kalau kita tinjau hubungan yang ideal, dibutuhkan kerja sama dari pihak A 100% dan dari pihak B 100%. Kita hanya bisa mencapai kondisi ideal ini apabila kita sebagai salah satu pihak (guru) juga mengeluarkan 100%, bukan 90% atau 50%.. terlepas dari kondisi pihak yang lainya lagi.. Kita bisa mulai dari diri sendiri, tanpa perlu menyalahkan pihak kedua (murid) sama sekali.. dan dengan demikian kita tidak akan menyesal karena telah berusaha yang terbaik..

Semua yang telah disebutkan diatas tentunya harus disertai dengan kebijaksanaan yang tinggi.. karena kondisi totalitas 100% memerlukan determinasi diri yang sangat kuat, kondisi dimana seseorang telah mengalahkan dirinya sendiri, sehingga dia tidak akan terganggu terhadap gangguan eksternal untuk memberikan yg terbaik dari dirinya sendiri (gangguan2 seperti harta / gaji, fasilitas, murid yang buruk, berbagai masalah yg dialami sang guru, pengawasan, dsb).. sehingga setiap saat sang guru akan tampil 100% semangat dan menginspirasi murid2nya.

Motivasi yang tinggi, kecintaan yang tinggi serta jiwa yang hidup akan bidangnya dan pekerjaannya, totalitas atau pengabdian yang tidak setengah-setengah akan bidang/pekerjaanya, saya rasa itulah faktor-faktor yang akan menjadikan seseorang menjadi guru ideal bagi saya.

Terlalu ideal ?! Ya karena kita bicara kondisi ideal.. dan saya mengungkapkan idealisme saya.. tetapi segalanya bisa bermula dari kekuatan hati kita, inner strength inside us as human beings ..

Teman saya pernah berkata, "Scientists must have genuine motives. Otherwise, they won't have dramatic inspirations for invention."

Salam hormat dari saya. Semua ini murni merupakan pendapat pribadi saya atau pandangan hidup saya, tidak ada yang benar atau salah.. karena setiap manusia bebas memiliki pendapatnya masing2 sesuai hati nuraninya.




Setiap pernyataan membutuhkan pembuktian. Cinta dan ketaatan kita kepada Sang Khalik juga memerlukan bukti. Pembuktian ini kadang memerlukan pengorbanan. Pengorbanan itulah yang nantinya akan membuktikan adanya kondisi hati kita yang akan dinyatakan lagi oleh amal. Semua pengorbanan kita akan dan hanya akan bermakna jika dilandasi keikhlasan. Dan kadang kala keikhlasan kita tak harus dibarengi penghargaan. Disinilah diuji sesungguhnya keikhlasan kita.
Ikhlas tanpa puji dan
Idhul adaha adalah salah satu ajang pembuktian ketaatan kita pada Allah. Pada saat itu dituntut pengorbanan dan tidak ada puji. Bahkan akan terasa sekali dituntut pemahaman perintang tentang pengorbanan dan pekerjaan-pekerjaan kita. Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepadanya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untuku agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu…[22:37]. Karena ada hari esok yang akan membalasi amal dan pekerjaan-pekerjaan kita. Ada gantinya yang lebik baik dan selalu terbaik bagi pribadi yang ikhlas.
Mengkondisikan agar amalan kita ikhlas karena Allah itu sulit dan memerlukan pengorbanan. Dan tidak sedikit hati yang akhirnya dipermainkan keadaan Syurga adalah buah dari amal yang ikhlas. Keikhlasan yang akan menjadi tenaga amal. Amal yang membuat pekerjaan-pekerjaan kita memiliki arti. Dan amal yang membuat hidup ini tak sekedar hidup.




Senin, 04/01/2010 05:25 WIB Cetak | Kirim

Kapten kapal Osul-3 milik Angkatan Laut Turki menyatakan jika pihaknya telah bertolak pada Sabtu (2/12) kemarin membawa rombongan Viva Palestina 3 (Syaryan al-Hayat 3) serta barang bantuannya dari pelabuhan Lattikia (Ladzaqiyyah), Suriah, untuk berangkat menuju Jalu Gaza via pelabuhan El-Arish, Mesir.

Angkatan Laut Turki menegaskan, pihaknya akan mengawal dan melindungi rombongan tersebut jika sewaktu-waktu dalam perjalanan melewati wilayah laut Israel, pihak pemerintahan negara Zionis itu menghadang dan menyerang rombongan.

Rombongan Viva Palestina 3 yang sudah tiba di daerah perbatasan Aqaba (Jordan-Mesir) yang tinggal beberapa jam lagi dapat sampai ke Jalur Gaza ditahan pemerintahan Mesir dan tidak diperkenankan masuk. Pihak Mesir mensaratkan rombongan untuk memasuki Gaza lewat jalur El-Arish.

Rombongan pun terpaksa menarik mundur dan berputar haluan, memutar kembali melewati Jordan, melewati Suriah, bertolak dari pelabuhan Lattikia Suriah, untuk kemudian mengarungi Laut Tengah dan menuju pelabuhan El-Arish, Mesir.

Tentu saja, banyak masyakarat internasional yang mengecam kebijakan pemerintahan Mesir ini. Gelombang kecaman tersebut kian mengencang pasca kebijakan pemerintahan Mesir lainnya yang tak kalah kontroversialnya: membangun dan menanam tembok logam di sepanjang perbatasan Rafah-Gaza. (ags/khaleej)

Pemerintah Mesir tak henti-hentinya mencari dukungan menguatkan proyek gilanya membangun tembok baja yang memisahkan Mesir dan Gaza. Kali ini dukungan yang dicari dan cukup berpotensi kuat berasal dari kampus ternama dan tertua, Al Azhar As Syarief. Sebagaimana yang diberitakan beberapa media, Al Azhar melalui Majma' Al Buhuts-nya telah membenarkan pembangunan tembok pemisah, namun setelah ditelusuri ternyata pernyataan tersebut menyalahi UU sehingga kekuatan fatwa tersebut dipertanyakan.

Hal ini disampaikan oleh salah satu anggota legislatif dari kelompok Independen, Prof. Dr. Ali Laban yang juga berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin. Ia mengatakan, fatwa tersebut tidak sah karena menyalahi ketentuan yang ditetapkan oleh Majma' Al Buhuts itu sendiri. "Tidak diikut sertakannya anggota Majma' Al Buhuts yang berasal dari luar Mesir dalam menetapkan fatwa, telah melanggar UU yang ditetapkan oleh Al Azhar", jelas Ali Laban.

Dalam penjelasannya kepada Aljazeera.net, Ali Laban mengatakan, fatwa yang dikeluarkan oleh Majlis Majma' Al Buhuts hanya disepakati oleh anggota lokal-dari Mesir-saja, "Seharusnya pengambilan fatwa itu mengikutsertakan seluruh ulama negara-negara Islam dan juga para ahli mazhab, karena Al Azhar merupakan organisasi Muslim Internasional dan bukan organisasi lokal", lanjut Ali Laban menjelaskan kesalahan dalam penatapan fatwa itu.

Laban kemudian menambahkan, kesepakatan dari fatwa pembenaran atas pembangun tembok baja telah menyalahi pasal 22 dari UU Al Azhar yang mensyaratkan sahnya sebuah keputusan diambil berdasarkan kehadiran minimal seperempat anggota Majlis Majma' Al Buhuts dari luar Mesir. Dan juga melanggar pasal 15 yang mensyaratkan harus adanya kesepakatan dari anggota non Mesir dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan masalah aqidah.

Dalam posisinya sebagai anggota parlemen dari faksi Independen, Laban kemudian dengan keras mengecam sikap PM. Mesir, Ahmad Nazief dengan menyebutnya sebagai Menteri Urusan Al Azhar, karena tindakannya yang selalu menjadikan Al Azhar sebagai tameng untuk melindungi sikap pemerintah. "Keputusan yang dikeluarkan dari Majlis Majma' Al Buhuts selama ini adalah "dusta" yang dinisbatkan kepada Al Azhar guna mendapatkan legalisasi atas sikap pemerintah Mesir terhadap pembangun tembok baja", jelas Ali Laban.

Dirinya juga berencana memanggil Departemen Urusan Agama Mesir guna mengkaji hal ini. "Ini merupakan pembohongan publik, karena pernyataan ini sangat sensitif dan rawan melukai nilai kebangsaan baik Mesir mau pun Palestina," lanjut Ali Laban.

Ulama Al Azhar: Tembok Baja, Haram!

Sejak jauh hari, para syeikh dan ulama Al Azhar telah mengelurkan pernyataan sikap yang dengan jelas "mengutuk" sikap pemerintah Mesir terhadap pembangunan tembok pemisah Refah dan Jalur Gaza, dengan tegas mereka katakan upaya itu adalah "haram" baik dilihat dari kacamata hukum mau pun kemanusiaan.

Para Ulama Al Azhar meminta kepada para pemimpin negara-negara Arab dan Islam untuk segera mengadakan konferensi bersama guna menentukan sikapnya terhadap proyek pembangun tembok baja Mesir.

Diantara ulama yang lantang menyuarakan hal ini adalah Syeikh Sayid 'Askar, mantan Sekjen Majlis Majma' Al Buhuts yang kini menjabat sebagai anggota parlemen yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin, kemudian ulama dari anggota aktif Majlis Majma' Al Buhuts, Syeikh Muhammad Rawi dan juga Dr. Musthofa Asyak'ah. (sn/alj)

fathiah L. Munaf
Ayu Putriningsih
Yona Harianti Putri
Muthia Handdayani
Maidar Pratomo
Supadilah
Rico Adrial
Wahyudi
Arif
Rahman




Ketika tak ada lagi yang bisa ku barapkan dengan kebaikan diri, aku bermohon pada-Mu ya Allah, ketika memang tak ada teman lagi di dunia ini, temani aku ya Allah. Bahkan walau hanya cahaya-Mu, itu sudah menenangkanku ya Rabb.
Jabatan Tangan-Mu menyemangatiku. Kirimkan ya Allah..keindahan “perkataan-Mu” dalam khusyuk tilawah-tilawah ku yang semoga saja bukan hanya lantunan deretan huruf tanpa ku jiwai.
Tanamkan kecemburuanku pada teman-teman yang semangat berdakwah di jalan-Mu,



Ingatkah tentang rung kosong yang pernah kita isi bersama?
Ingatlah tentang endapan kisah dulu
Saat kia terjatuh berlari dari mimpi
Mengejar waktu agar dihargai
Kadang kita berhenti menarik nafas
Berselisih dan memisah dengan malam
Tangis dan tawa kita lempar

Lewati lorong sunyi kelam dan dalam
Mesk di terang kita melihat cahaya dan mendengar gemercik
Temaram senja mengaak kita berkata ku sambut mip dengan darah dan air mata
Jangan ka lupa tentang aku kawan,
Mimpi ini semakin dekat, genggam erat tanganku saat kita melayang
Ingatlak aku pada bumi saat aku melayang hamper tanpa batas
Dan kau ku ingatkan di sana ada bintang, maka tunjuklah
Bersama kita ‘kan memeluknya




wah..afwan rilisnya belum dibuat oleh yang berwewenang...




Beberapa dari kita, meski bukan berlatarbelakang kepenulisan di kuliahnya, ada yang suka menulis, hobi atau pun yang menjadikan menulis sebagai kebutuhan. Ada yang menulis di buku harian, buku k uiah, kertas-kertas yang bercerai berai. Ada lagi yang sudahmemanfaatkan kecanggihan media elektronik seperti blog, web, facebook, friendster. Ada yang hoby menulis pada media tersebut, tanpa berniat lebih lanjut untuk menerbitkan atau mengirimkannya ke redaksi atau media cetak. Ada yang malu-malu karena merasa tulisannya kurang bagus atau biasa-biasa saja, atau memang berprinsi tak akan di kirimkan ke penerbit. Dengan latar belakang basic keilmuwan kita, sebenarnya ada kewajaran karena kita bukanlah yorang sastra. Namun apapun basic keilmuwan kita, menulis bukankah menjadi kebiasaan ilmiah kita, dan latihan menulis, sudah kita mulai sekitar 20 tahun yang lalu, kala kita mengunyah bangku SD.
Berikut ini kiat-kiat pe-de menulis, semoga saja ada kebaikan yang bisa didapatkan.

1. Niat.
Ibadah kepada Allah semata adalah tujuan kita. Bagus atau tidaknya bentuk dan tata tulisan kita, sebenarnya ada hal yang lebih urgen lagi daripada sekedar performance luar. Isi tulisan kta. Isi tulisan kita yang mengandung kebaikan adalah point plus dari tulisan kita. Muatan dakwaah dalam goresan tinta kita (tinta printer-red) adalah sesuatu yang patut kita pede-kan. Apapun dan seperti apa tulisan kita nantinya, ketika isi yang kita maksudkan adalah semata-mata ibadah kepada Allah dan sumbangan atau berbagi kebaikan tak ada lagi malu-malau. Dakwah tak ada yang malu-malu. Apakah kita malu-malu ketika ada janji pahala yang akan kita terima dengan dakwah kita? Apapun nantinya tanggapan pembaca kita, dakwah must go on! ‘kan bukan sekali ini atau lewat tulisan aja dakwah kita diejek, dicerca dan dihambat? Dengan ikhlas maka tak ada lagi yang membuat kita merasa lemah ketika dicaci, ketika yang ada adalah sambitan bukan sambutan.
2. Jenis Tulisan.
Inilah yang baru saja kita bahas di bagian atas tadi. Jenis tulisan, yangmengandung kebaikan; apakah itu dalam bentuk fiksi, nonfiksi, maka ketika didalamnya ada nilai-nilai keindahan islam yang kita ungkapkan, maka sudah pantas kita untuk berbangga diri (bukan ujub, atau sombong) dengan mampunya kita berdakwah dengan jalur ini.
Satu lagi, teringat pesan seorang ikhwan ; kalau kita tidak bisa menulis yang islami, maka janganlah menulis tulisan yang menentang islam. Maksudnya sekiranya kita tidak bisa menulis yang islam maka boleh saja menulis dengan tema social, nasionalisme dan sejenisnya, bukan tulisan yang mengandung muatan yang memabukkan atau melenakan, liberal atau konsep atheisme meskipun kemampuan imajinasi kita bisa menyentuhnya.


KAMMI sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang kan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini , darah ini sepenuh ridho Ilahi
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari bujur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tujuh Baris Kalimat Yang sangat dalam artinya bukti bahwa perjalanan dakwah, jihad yang sangat susah ditempuh akan tetapi semua itu mudah di lakukan dengan sebuah tekad dan keyakinan untuk bergerak dijalan allah demi mendapatkan ridhanya
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KAMMI adalah pedang-pedang terhunus
Yang siap terayun menebas musuh
Tiada peduli siapapun pemegangnya
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebuah Bukti bahwa KAMMI siap untuk menjadi orang yang ingin menegakkan keadilan apapun rintangannya
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Asalkan ikhlas di hati tuk hanya Ridho Ilahi, Semua dilakukan dengan dasar ikhlas dan demi mendapatkan ridha dari allah bukan untuk jago jagoan
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KAMMI adalah tombak-tombak berjajar
Yang siap dilontarkan dan menghujam
Menembus dada lantakkan keangkuhan

KAMMI adalah butir-butir peluru
Yang siap ditembakkan dan melaju
Mengoyak dan menumbang kezaliman

Asalkan ikhlas di hati tuk jumpa wajah Ilahi Rabbi

KAMMI adalah mata pena yang tajam
Yang siap menuliskan kebenaran
Tanpa ragu ungkapkan keadilan

KAMMI pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi dawah ini , jalan panjang

Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi



43 hari menuju mubes...
ayo isi bahan bakar, pastikan kendaraan (departemen) kita sudah optimal kerja-kerjanya



numpang ya...semoga ada yang berminat..



Dirimu pernah mandi di laut ? yang gurumuda maksudkan adalah ketika air laut sedang bergelombang. Seandainya pernah, dirimu pasti pernah merasa terhempas ketika diterpa gelombang laut... Mengapa tubuh kita terhempas ketika diterpa gelombang laut ? Apabila dirimu tinggal di kota dan sering mandi di kolam renang, coba lakukan percobaan berikut. Guncangkan tanganmu di dalam air kolam sampai air kolam tersebut bergelombang. Ketika air kolam menjadi bergelombang, apakah dirimu merasakan dorongan yang ditimbulkan air tersebut ? walaupun efeknya kecil, gurumuda yakin dirimu pasti merasakan dorongan air kolam...


Kalo dirimu belum pernah mandi di laut atau di kolam renang, coba lakukan percobaan berikut... cari seutas tali yang agak panjang... minta bantuan seorang teman untuk menggerakan salah satu ujung tali naik turun, sehingga tali tersebut bergelombang... nah, dirimu berdiri di ujung tali yang lain. Usahakan agar dirimu berdiri tepat pada ujung tali (talinya jangan dipegang, dibiarkan saja di lantai atau tanah). Ketika temanmu menggerakkan tali dengan kuat, pasti akan terasa sakit jika salah satu ujung tali mengenai tubuhmu... mengapa tubuhmu bisa terasa sakit


RMC sebagai salah satu lembaga yang bergerak pada bidang jurnalistik memiilki peluang dan nilai tawar yang cukup besar dalam dakwah bil qalam. Dengan pasar yang cukup luas pula. Warga kampus yang berjumlah ribuan, ditambah warga sekitar Kampus yang juga jumlahnya lebih banyak dari jumlah warga Kampus, adalah pasar yang sangat luas. Objek dakwah yang menjanjikan. Apalagi dengan kondisi yang kondusif dengan penerimaan dakwah yang cukup simpatik. Warga kampus dengan pemikiran ilmiah Betapa peluang itu terbuka lebar terpampang di depan RMC!
Sekiranya RMC bisa istiqamah dalam dakwah ini, tentunya ini akan semakin memberikan nilai tambah daripada metode atau manhaj dakwah yang lainnya. Syumulaitul minhaj, dengan ke-syamil-an islam jelas terwujud.



Ibadah, dakwah dan menebar kebaikan. Hampir sama. Dan ibadah, dakwah dan menebar kebaikan dilakukan sebisanya kita mampu, seampunya kita mampu, dengan jalan kita masing-masing. Keefektifan dan perhatian tentang hasil adalah relatif. Tergantung menurut pandangan kita masing-masing. Tak ada parsialisasi dakwah, yang ada spesialisasi.
Berangkat dari hadist rasulullah SAW: ‘Barangsiapa menunjuki suatu jalan kebaikan kepada seseorang, dan seseorang tersebut melakukan jalan kebaikan itu, maka penunjuk kebaikan akan mendapat pahala dari kebaikan yang disebar tanpa mengurangi pahala yang diberi jalan itu’
Umur boleh habis, ingatan boleh hilang. Maka ilmu yang ada pada kita perlu file yang tahan lama yang dapat dipanggil sewaktu-waktu. Yang dapat semua orang mengaksesnya sewaktu-waktu, kapan dia ingin.
Berdakwah melalui tulisan (dakwah bil qalam) akan terasa lebih sedikit tahan lama. Jika saja ilmu kita kita abadikan pada kertas, maka sepanjang kertas ini tidak rusak, selama itu pula ilmu kiota tetap terjaga. Dan sewaktu-waktu kita lupa (dengan hafalan kita) maka kapanpun kita dapat saja kembali memunculkan hafalan kita.
Jika satu saja lebaikan yang kita dakwahkan ke satu orang, maka kita akan mendapat satu pahala dari mad’u kita. Lha kalau tulisan yang mengandung kebaikan itu kita buat, kita cetak sebanyak 10 buah, dibaca 10 orang dan kemudian dilakukan, sudah….100 pahala kebaikan yang kita dapat (diluar jenis kebaikan apa yang kita dakwahkan). Tapi sekiranya tulisan kita dicetak 100 buah dalam satu tahun dan pembaca tulisan kebaikan kita 100 orang dalam setahun, …silahkan berhitung. Dan kalau saja sekiranya pembaca genersasi pertama ini mengabarkan atau menebarkan ke generasi selanjutnya hingga tahun-tahun berikutnya sepeti itu, mmm…berapa pahala yang akan mengalir ke kas kita, dan kita hanya menunggu pahala yang mengalir ke kas kita. Ilmu adalah harta yang berlipat ganda apabila disebarkan.




Engkau yang telah mendahului kami
Menyempurnakan setengah diinmu
Engkau yang telah menemui setengah ragamu
Melangkah hadapi medan jihad yang lebih berat
Kepadamu kami berharap semoga menjadi keluarga yang diberkahi-Nya
Tak berlebihan; dengan baik keluargamu
Islam boleh menitip harap masa depan lebih baik
Keluarga Besar Forum Kajian Islam Rabbani Unand ‘89



Kebangkitan menyeluruh:
Kebangkitan akal dan pikiran,
Kebangkitan nurani dan perasaan,
Kebangkitan keinginan dan cita-cita
Kebanngkitan akhlak dan moral,
Kebangkitan aktivitas dan inovasi
Kebangkitan nurani Dakwah dan jihad.