Semoga kita bisa memahami pesan Rasulullah saw: “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk Allah, maka ia akan mendapat pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.”[HR Muslim]
Dalam kemengertian bahwa tarbiya adalah proses mempersiapkan diri kita untuk kehidupan di akhirat, dimana mungkin amal yang kita lakukan belum cukup untuk menyelamatkan kita dari hisab-Nya. Kita berharap ada amal-amal yang berkesinambungan yang member masukan kas pahala pada pundi amal kita, selain amal pribadi yang kita lakukan. Salah satunya adalah dengan ikut mentarbiyah.

Amal: seberapa banyak kemanfaatan pada amal yang akan kita lakukan. Kita mengenalkan, memberi tahu tentang kebaikan kepada mentee dan ketika apa yang kita sampaikan belum atau tidak dilakukan oleh mereka, insya Allah sudah mendapat pahala dakwah. Apalagi jika mentee melakukan apa yang kita sampaikan, tentu lebih banyak amal yang akan kita dapatkan, karena user dari amal kita lebih banyak.
Bahkan ketika kita menyimpan amal sebesar gunung tak akan melampaui amal para sahabat. Karena ketika kita mendapatkan amal dari dakwah yang kita lakukan, para sahabat pun akan mendapatkan juga. Karena kita jadi muslim juga karena mereka. Ketika kita mendorong orang untuk memberi sedekah kita menggunakan contoh dari Abdurrahman bin ‘Auf. Kalau kita menganjurkan tentang menuntut ilmu akan kita menggunakan Umar bin Khattab atau Abdullah bin Umar. Setiap kita mengajarkan agar paham dengan agama dan rajin bertanya kita menggunakan contoh Ibnu Abbas, dan seterusnya…

Persamaan amal mukmin biasa: satu waktu satu amal. Tetapi mukmin yang cerdas adalah mukmin yang mampu dengan modal (waktu) yang sama menghasilkan produk amal maksmal diluar kebiasaan (mukmin biasa). Inilah yang dinamakan amal jama’I. Shalat sendiri dengan shalat berjamaah beda pahalanya. Maka mengerjakan kebaikan sendiri-sendiri juga berbeda amal yang didapat dengan amal yang dikerjakan secara brjamaah, tentu dengan catatan sesuai dengan syariat.
Mentarbiyah, kini banyak moment-moment yang bisa kita ambil peran di sana. Mulai dari BBQ, mentoring, Istana, Follow up Istana, Follow up mentoring, Liqo, dan seterusnya. Sudah banyak jalan terbentang untuk kesana kita mencari bekal sebanyak mungkin. Terserah motif kita apa di sana, apakah ingin membersihkan diri, penjagaan ruhani dan pengisian qalbu. Ingin mendapatkan generasi pengganti kita, penerus estafet dakwah, motif mendapatkan pahala nan menggiurkan, ingin meninggikan kalimat Allah, menyebarkan islam, dan seterusnya.
Bola sudah di tangan kita sekarang, tergantung kemana kita akan membawa bola itu. Dimanapun posisi kita saat ini, dengan spesialisasi kita di dakwi, ilmi atau siyasi, mari kita wakafkan diri kita untuk amal yang sangat menggiurkan balasannya. Semoga Allah memberi kerinduan dan kekuatan kepada kita untuk tetap mencintai jalan ini (tarbiyah).

Salah satu yang berkesan dari perbandingan dan cengkerama biasanya adalah teag siapa murabbi (MR). diranah sinilah saat mengasyikkan sekaligus menggelikan. Diranah sinilah dimulainya kehati-hatian.
  • Dari pengalaman saya, tak banyak dari reka-rekan yang bersikap tertutup dan menutupi jika membicarakan siapa MR nya, tapi tidak jika membicarakan MR rekan yang lain. Ketertutupan dan tersirat adanya kebanggaan; menggapai cita rasa kesuksesan saat mampu menyembunyikan siapa MR; sekaligus tahu siapa MR rekan yang lain.
Benar. Saat ditanya dengan siapa talaqqi,cenderung menutupi, sambil tersenyum. Entah kenapa. Dan ternyata ini adalah kebiasaan orang-orang yang liqo atau tarbiyah. Saya sendiri ‘gak tahu kenapa begitu. Konsensus bersama atau tradisi ya..? Padahal, rasanya di awal liqo atau tarbiyah dulu, ‘gak ada penekanan dari MR saya untuk meng-hiddenkan jati diri MR.
Apa semua kader tarbiyah begitu adanya? Wallahu ‘alam. Dan diseberang sana? (baca: akhwat)? ‘Gak tahu juga. Tapi saya pernah diberitahu oleh MR (akhwat) yang beliau pada suatu waktu akan memberi liqo beberapa nama (ada sesuatau yang saya harus titipkan ke mutarabbinya) ..dan tak ada masalah atau rasa sungkan membeberkan nama-nama tersebut kepada saya. Kesimpulan sementara saya, tak ada kekhawatiran bila MR nya diketuhui orang lain.
Namun entahlah dikalangan para kader tarbiyah yang maskulin….rata-rata malah agar jangan sampai yang lain tahu siapa MR nya, meski sudah rahasia umum si fulan liqo ma siapa dan dimana. Malahan rekan-rekan si fulan juga. Tapi masih saja ada senyum simpul saat ditanya siapa MR nya. Ehe..
How about we?


Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?"( Fusshilat 33)
Sesungguhnya Allah, para Malaikat, semut yang ada di lubangnya, bahkan ikan yang ada dilautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR Tirmidzi)

Semoga kita bisa memahami pesan Rasulullah saw: “Barangsiapa mengajak kepada petunjuk Allah, maka ia akan mendapat pahala yang sama seperti jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.”[HR Muslim]
Dalam kemengertian bahwa tarbiya adalah proses mempersiapkan diri kita untuk kehidupan di akhirat, dimana mungkin amal yang kita lakukan belum cukup untuk menyelamatkan kita dari hisab-Nya. Kita berharap ada amal-amal yang berkesinambungan yang member masukan kas pahala pada pundi amal kita, selain amal pribadi yang kita lakukan. Salah satunya adalah dengan ikut mentarbiyah.
Amal: seberapa banyak kemanfaatan pada amal yang akan kita lakukan. Kita mengenalkan, memberi tahu tentang kebaikan kepada mentee dan ketika apa yang kita sampaikan belum atau tidak dilakukan oleh mereka, insya Allah sudah mendapat pahala dakwah. Apalagi jika mentee melakukan apa yang kita sampaikan, tentu lebih banyak amal yang akan kita dapatkan, karena user dari amal kita lebih banyak.
Bahkan ketika kita menyimpan amal sebesar gunung tak akan melampaui amal para sahabat. Karena ketika kita mendapatkan amal dari dakwah yang kita lakukan, para sahabat pun akan mendapatkan juga. Karena kita jadi muslim juga karena mereka. Ketika kita mendorong orang untuk memberi sedekah kita menggunakan contoh dari Abdurrahman bin ‘Auf. Kalau kita menganjurkan tentang menuntut ilmu akan kita menggunakan Umar bin Khattab atau Abdullah bin Umar. Setiap kita mengajarkan agar paham dengan agama dan rajin bertanya kita menggunakan contoh Ibnu Abbas, dan seterusnya…

Persamaan amal mukmin biasa: satu waktu satu amal. Tetapi mukmin yang cerdas adalah mukmin yang mampu dengan modal (waktu) yang sama menghasilkan produk amal maksmal diluar kebiasaan (mukmin biasa). Inilah yang dinamakan amal jama’I. Shalat sendiri dengan shalat berjamaah beda pahalanya. Maka mengerjakan kebaikan sendiri-sendiri juga berbeda amal yang didapat dengan amal yang dikerjakan secara brjamaah, tentu dengan catatan sesuai dengan syariat.
Mentarbiyah, kini banyak moment-moment yang bisa kita ambil peran di sana. Mulai dari BBQ, mentoring, Istana, Follow up Istana, Follow up mentoring, Liqo, dan seterusnya. Sudah banyak jalan terbentang untuk kesana kita mencari bekal sebanyak mungkin. Terserah motif kita apa di sana, apakah ingin membersihkan diri, penjagaan ruhani dan pengisian qalbu. Ingin mendapatkan generasi pengganti kita, penerus estafet dakwah, motif mendapatkan pahala nan menggiurkan, ingin meninggikan kalimat Allah, menyebarkan islam, dan seterusnya.
Bola sudah di tangan kita sekarang, tergantung kemana kita akan membawa bola itu. Dimanapun posisi kita saat ini, dengan spesialisasi kita di dakwi, ilmi atau siyasi, mari kita wakafkan diri kita untuk amal yang sangat menggiurkan balasannya. Semoga Allah memberi kerinduan dan kekuatan kepada kita untuk tetap mencintai jalan ini (tarbiyah).