#1

Ibadah, dakwah dan menebar kebaikan. Hampir sama. Dan ibadah, dakwah dan menebar kebaikan dilakukan sebisanya kita mampu, seampunya kita mampu, dengan jalan kita masing-masing. Keefektifan dan perhatian tentang hasil adalah relatif. Tergantung menurut pandangan kita masing-masing. Tak ada parsialisasi dakwah, yang ada spesialisasi.
Berangkat dari hadist rasulullah SAW: ‘Barangsiapa menunjuki suatu jalan kebaikan kepada seseorang, dan seseorang tersebut melakukan jalan kebaikan itu, maka penunjuk kebaikan akan mendapat pahala dari kebaikan yang disebar tanpa mengurangi pahala yang diberi jalan itu’
Umur boleh habis, ingatan boleh hilang.

Maka ilmu yang ada pada kita perlu file yang tahan lama yang dapat dipanggil sewaktu-waktu. Yang dapat semua orang mengaksesnya sewaktu-waktu, kapan dia ingin.
Berdakwah melalui tulisan (dakwah bil qalam) akan terasa lebih sedikit tahan lama. Jika saja ilmu kita kita abadikan pada kertas, maka sepanjang kertas ini tidak rusak, selama itu pula ilmu kiota tetap terjaga. Dan sewaktu-waktu kita lupa (dengan hafalan kita) maka kapanpun kita dapat saja kembali memunculkan hafalan kita.
Jika satu saja lebaikan yang kita dakwahkan ke satu orang, maka kita akan mendapat satu pahala dari mad’u kita. Lha kalau tulisan yang mengandung kebaikan itu kita buat, kita cetak sebanyak 10 buah, dibaca 10 orang dan kemudian dilakukan, sudah….100 pahala kebaikan yang kita dapat (diluar jenis kebaikan apa yang kita dakwahkan). Tapi sekiranya tulisan kita dicetak 100 buah dalam satu tahun dan pembaca tulisan kebaikan kita 100 orang dalam setahun, …silahkan berhitung. Dan kalau saja sekiranya pembaca genersasi pertama ini mengabarkan atau menebarkan ke generasi selanjutnya hingga tahun-tahun berikutnya sepeti itu, mmm…berapa pahala yang akan mengalir ke kas kita, dan kita hanya menunggu pahala yang mengalir ke kas kita. Ilmu adalah harta yang berlipat ganda apabila disebarkan.

Comments (0)