Beberapa dari kita, meski bukan berlatarbelakang kepenulisan di kuliahnya, ada yang suka menulis, hobi atau pun yang menjadikan menulis sebagai kebutuhan. Ada yang menulis di buku harian, buku k uiah, kertas-kertas yang bercerai berai. Ada lagi yang sudahmemanfaatkan kecanggihan media elektronik seperti blog, web, facebook, friendster. Ada yang hoby menulis pada media tersebut, tanpa berniat lebih lanjut untuk menerbitkan atau mengirimkannya ke redaksi atau media cetak. Ada yang malu-malu karena merasa tulisannya kurang bagus atau biasa-biasa saja, atau memang berprinsi tak akan di kirimkan ke penerbit. Dengan latar belakang basic keilmuwan kita, sebenarnya ada kewajaran karena kita bukanlah yorang sastra. Namun apapun basic keilmuwan kita, menulis bukankah menjadi kebiasaan ilmiah kita, dan latihan menulis, sudah kita mulai sekitar 20 tahun yang lalu, kala kita mengunyah bangku SD.
Berikut ini kiat-kiat pe-de menulis, semoga saja ada kebaikan yang bisa didapatkan.

1. Niat.
Ibadah kepada Allah semata adalah tujuan kita. Bagus atau tidaknya bentuk dan tata tulisan kita, sebenarnya ada hal yang lebih urgen lagi daripada sekedar performance luar. Isi tulisan kta. Isi tulisan kita yang mengandung kebaikan adalah point plus dari tulisan kita. Muatan dakwaah dalam goresan tinta kita (tinta printer-red) adalah sesuatu yang patut kita pede-kan. Apapun dan seperti apa tulisan kita nantinya, ketika isi yang kita maksudkan adalah semata-mata ibadah kepada Allah dan sumbangan atau berbagi kebaikan tak ada lagi malu-malau. Dakwah tak ada yang malu-malu. Apakah kita malu-malu ketika ada janji pahala yang akan kita terima dengan dakwah kita? Apapun nantinya tanggapan pembaca kita, dakwah must go on! ‘kan bukan sekali ini atau lewat tulisan aja dakwah kita diejek, dicerca dan dihambat? Dengan ikhlas maka tak ada lagi yang membuat kita merasa lemah ketika dicaci, ketika yang ada adalah sambitan bukan sambutan.
2. Jenis Tulisan.
Inilah yang baru saja kita bahas di bagian atas tadi. Jenis tulisan, yangmengandung kebaikan; apakah itu dalam bentuk fiksi, nonfiksi, maka ketika didalamnya ada nilai-nilai keindahan islam yang kita ungkapkan, maka sudah pantas kita untuk berbangga diri (bukan ujub, atau sombong) dengan mampunya kita berdakwah dengan jalur ini.
Satu lagi, teringat pesan seorang ikhwan ; kalau kita tidak bisa menulis yang islami, maka janganlah menulis tulisan yang menentang islam. Maksudnya sekiranya kita tidak bisa menulis yang islam maka boleh saja menulis dengan tema social, nasionalisme dan sejenisnya, bukan tulisan yang mengandung muatan yang memabukkan atau melenakan, liberal atau konsep atheisme meskipun kemampuan imajinasi kita bisa menyentuhnya.


Comments (1)

On 9 Januari 2010 pukul 17.44 , ...... mengatakan...

asm, baru belajar ngeblog nih...
dah punya sih tp dulu n mulai dari awal lupa laghi...